Islam Crescent Moon

DIARI seorang AYAH

>> Sabtu, 1 Mei 2010

Medan, 15 Juni 1975

Hari ini engkau terlahir ke dunia, anakku. Meski tidak seperti harapanku bertahun-tahun merindukan kehadiran seorang anak laki-laki, aku tetap bersyukur engkau lahir dengan selamat setelah melalui jalan divakum. Telah kupersiapkan sebuah nama untukmu; Qaulan Syadida. Aku sangat terkesan dengan janji Allah dalam surat Al-Ahzab ayat tujuh puluh, maknanya perkataan yang benar. Harapanku engkau kelak menjadi seorang yang kaya iman dan memperoleh fauzan'adzima, kemenangan yang besar seperti yang telah dijanjikan Allah dalam Al-Quran. Sungguh kelahiranmu telah mengajarkanku makna bersyukur...

1981
Tahun ini engkau memasuki sekolah dasar. Usiamu belum genap enam tahun. Tetapi engkau terus Merengek minta disekolahkan seperti saudarimu. Engkau berbeda dari keempat kakakmu terdahulu. Bagaimana engkau dengan gagah tanpa ragu atau malu-malu melangkah memasuki ruang kelasmu. Bahkan engkau tak minta dijemput. Saat ini aku mulai menyadari sifat keberanian yang tumbuh dalam dirimu yang tak kutemukan dalam diri saudarimu yang lain.

1987
Putriku, sungguh aku pantas bangga padamu. Tahun ini engkau ikut Cerdas Cermat tingkat nasional di TVRI. Dengan bangga aku menyaksikan engkau tampil penuh percaya diri di layar kaca dan aku pun bisa berkata pada teman-temanku; itu anakku Qaulan? Meski tidak juara pertama, aku tetap bangga padamu. Namun di balik rasa banggaku padamu selalu terbesit satu kekhawatiran akan sikapmu yang agak aneh dalam pengamatanku. Tidak seperti keempat kakakmu yang kalem dan cendrung memilik sifat-sifat perempuan, engkau justru sangat angresif, pemberani, agak keras kepala, meski tetap santun padaku dan selalu juara kelas. Jika hari Ahad tiba, engkau lebih suka membantuku membersihkan taman, mengecat pagar, atau memegangi tangga bila aku memanjat membetulkan bocor. Engkau lebih sering mendampingiku dan bertanya tentang alat-alat pertukangan ketimbang membantu ibumu memasak di dapur seperti saudarimu yang lain. Kebersamaan dan kedekatanmu denganku, membuatku sering meperlakukanmu sebagai anak lelakiku, dengan senang hati aku menjawab pertanyaan-pertanyaanmu, membekalimu dengan pengatahuan dan permainan untuk anak lelaki. Tak jarang kita berdua pergi memancing atau sekedar menaikkan layang-layang sore hari di lapangan madrasah tempat aku mengajar.

Putriku, sungguh kekhawatiranku berbuah juga. Engkau menolak bersekolah di tsanawiyah seperti saudarimu. Diam-diam tanpa sepengetahuanku engkau telah mendaftar di sebuah SMP negeri. Bukan kepalang kemarahanku. Untunglah ibumu datang membelamu, jika tidak mungkin tangan ini sudah berpindah ke pipimu yang putih mulus. Tegarnya watakmu, bahkan tak setetes airmata jatuh dari kedua matamu yang tajam menatapku. Putriku, jika aku marah padamu semata-mata karena aku khawatir engkau larut dalam pola pergaulan yang tak benar, anakku. Terlebih-lebih saat engkau menolak mengenakan jilbab seperti keempat kakakmu. Betapa sedih dan kecewa hatiku melihatmu, Nak...

1993
Tahun ini engkau menamatkan SMA-mu. Engkau tumbuh menjadi gadis cantik, periang, pemberani, dan banyak teman. Temanmu mulai dari tukang kebun sampai tukang becak, wartawan, bahkan menurut ibumu pernah anggota kopassus datang mencarimu. Putriku, di setiap bangun pagiku, aku seolah tak percaya engkau adalah putriku, putri seorang yang sering dipanggil Ustadz, putri seorang kepala madrasah, putri seorang pendiri perguruan Islam...
Putriku, entah mengapa aku merasa seperti kehilanganmu. Sedih rasanya berlama-lama menatapmu dengan potongan rambut hanya berbeda beberapa senti dengan rambutku. Biar praktis dan sehat; berkali-kali itu alasan yang kau kabarkan lewat ibumu. Jika terjadi sesuatu yang tidak baik pada dirimu selama melewati usia remajamu, putriku maka akulah orang yang paling bertanggung jawab atas kesalahan itu. Aku tidak behasil mendidikmu dengan cara yang Islami. Dalam doa-doa malamku selalu kubermohon pada Rabbul 'Izzati agar engkau dipelihara oleh-Nya ketika lepas dari pengawasan dan pandangan mataku. Kesedihan makin
bertambah takkala diam-diam engkau ikut UMPTN dan lulus di fakultas teknik. Fakultas teknik, putriku? Ya Rabbana, aku tak sanggup membayangkan engkau menuntut ilmu berbaur dengan ratusan anak laki-laki dan bukan satupun mahrommu? Dalam silsilah keluarga kita tidak satupun anak perempuan belajar ilmu teknik, anakku. Keempat kakakmu menimba ilmu di institut agama dan ilmu keguruan. Ya, silsilah keluarga kita adalah keluarga guru, anakku. Engkau kemukakan sejumlah alasan, bahwa Islam juga butuh arsitek, butuh teknokrat, Islam bukan tentang ibadah melulu? Baiklah, aku sudah terlalu lelah menghadapimu, aku terima segala argumen dan pemikiranmu, putriku..Danaku akan lebih bisa menerima seandainya engkau juga mengenakan busana Muslimah saat memulai masa kuliahmu.

1995
Tahun ini tidak akan pernah kulupan. Akan kucatat baik-baik... Engkau putriku, yang selalu kusebut namamu dalam doa-doaku, kiranya Allah SWT mendengar dan mengabulkan pintaku. Ketika engkau pulang dari kuliahmu; subhannalah! Engkau sangat cantik dengan jilbab dan baju panjangmu, aku sampai tidak mengenalimu, putriku. Engkau telah berubah, putriku.. Apa sesungguhnya yang engkau dapati di luar sana. Bertahun-tahun aku mengajarkan padamu tentang Kewajiban Muslimah menutup aurat, tak sekalipun engkau cela perkataanku meski tak sekalipun juga engkau indahkan anjuranku. Dua tahun di bangku kuliah, tiba-tiba engkau mengenakan busana takwa itu? Apa pula yang telah membuatmu begitu mudah menerima
kebenaran ini? Putriku, setelah sekian lamanya waktu berlalu, kembali engkau mengajarkan padaku tentang hakikat dan makna bersyukur.

1997
Putriku, kini aku menulis dengan suasana yang lain. Ada begitu banyak Rasa tersimpan di hatiku melihat perubahan yang terjadi dalam dirimu. Engkau menjadi sangat santun, bahkan terlihat lebih dewasa dari keempat saudarimu yang kini telah berumah tangga semuanya. Kini, hanya engkau aku dan ibumu yang mendiami rumah ini. Kurasakan rumah kita seolah-olah
berpendar cahaya setiap saat dilantuni tilawah panjangmu. Gemercik suara air tengah malam menjadi irama yang kuhafal dan pantas kurenungi. Putriku, jika aku pernah merasa bahagia, maka saat paling bahagia yang pernah kurasakan di dunia adalah saat ketika diam-diam aku memergokimu tengah menangis dalam sujud malammu.... Selalu kuyakinkan diriku bahwa akulah si pemilik mutiara cahaya hati itu, yaitu engkau putriku...

1998
Putriku, kalau saat ini aku merasa sangat bangga padamu, maka itu amat beralasan. Engkau telah lulus menjadi sarjana dengan predikat cum laude. Keharuan yang menyesak dadaku mengalahkan puluhan tanya ibumu, diantaranya; mengapa engkau tidak punya teman pendamping pria seperti kakak-kakakmu terdahulu? Engkau begitu sederhana, putriku, tanpa polesan apapun seperti lazimnya mereka yang akan berangkat wisuda, semua itu justru membuatku semakin bangga padamu. Entah darimana engkau bisa belajar begitu banyak tentang kebenaran, anakku...Jika hari ini aku meneteskan airmata saat melihatmu dilantik, itu adalah airmata kekaguman melihat kesungguhan, ketegaran, serta prinsip yang engkau pegang teguh. Dalam hal ini akupun mesti belajar darimu, putriku...

1 Agustus 1999
Putriku, bulan ini usiaku memasuki bilangan enampuluh tiga. Aku teringat Rasulullah mengakhiri masa dakwahnya didunia pada usia yang sama. Akhir-akhir ini tubuhku terasa semakin melemah. Penyakit jantung yang kuderita selama bertahun-tahun kemarin mendadak kumat, saat kudapati jawaban diluar dugaan dari keempat saudarimu. Tidak satu pun dari mereka bersedia meneruskan perguruan yang telah kubina selama puluhan tahun. Aku sangat maklum, mereka tentu mempunyai pertimbangan yang lain, yaitu para suami mereka. Sedih hatiku melihat mereka yang telah kudidik sesuai dengan keinginanku kini seolah-oleh bersekutu menjauhiku. Jika aku menulis di atas tempat tidur rumah sakit ini, itu dengan kondisi sangat lemah, putriku. Aku tak tahu pasti kapan Allah memanggilku.
Putriku.... kutitipkan buku harianku ini pada ibumu agar diserahkan padamu. Aku percaya padamu... Jika aku memberikan buku ini padamu, itu karena aku ingin engkau mengetahui betapa besar cintaku padamu, mengapa dulu aku sering memarahimu.. maafkan buya, putriku... Kini hanya engkau satu-satunya harapanku...Aku percaya perguruan yang telah kubangun dengan tanganku sendiri ini padamu. Aku bercita-cita mengembangkannya menjadi sebuah pesantren.

Engkau masih ingat lapangan tempat kita dulu menaikkan layangan? Itu adalah tanah warisan almarhum kakekmu. Di lapangan itulah kurencanakan berdiri bangunan asrama tempat para santri bermukim. Engkau seorang arsitek, anakku, tentu lebih memahami bangunan macam apa yang sesuai untuk kebutuhan sebuah asrama pesantren... Kuserahkan sepenuhnya kepadamu, juga untuk mengelolanya nanti. Sebab aku yakin, dari tanganmu, dari hatimu yang jernih, dari perkataan dan tindakanmu yang selalu sejalan dengan kebenaran akan terlahir sebuah fauzan'adzima, kemenangan yang besar, seperti yang telah Allah janjikan, yakinlah, putriku...
Dalam diri dan jiwamu kini terhimpun beragama kapasitas keilmuan dunia dan akhirat. Kini kusadari engkau bukan saja sekedar terlahir dari rahim ibumu, tetapi juga lahir dari rahim bernama Hidayah. Semoga Allah menyertai dan memudahkan jalan yang akan engkau lalui, putriku. Amien Ya Rabbal 'Alamiin.

12 Agustus 1999
Rabbi, jika airmata ini tumpah, bukan karena aku tidak mengikhlaskan buyaku Engkau panggil, tapi sebab aku belum mengenali buyaku selama ini, seutuhnya. Sebab hanya seujung kuku baktiku padanya. Rabbi, perkenankan aku menjalankan amanah Buya dengan segenap radhi-Mu. Hanya Engkau.. ya Mujib...

P/S: Kredit kepada Cikgu Tarmizi(Bekas Tenaga Pengajar ITS madah al-Injiliziyyah) atas sumber ini. Jazaakallah..

Read more...

Panduan Solat Sunat Hifzi

>> Sabtu, 20 Mac 2010

Kaedahnya:

1. Mengerjakan solat ini empat rakaat dengan dua kali tahiyat akhir.

2. Mengerjakannya pada malam Jumaat, sebaik-baiknya selepas tidur.

3. Mengerjakannya 3, 5 atau 7 malam Jumaat berturut-turut.

4. Membaca pada rakaat pertama Surah Yaasin.

5. Membaca pada rakaat kedua Surah Ad-Dukhan

6. Membaca pada rakaat ketiga Surah As-Sajadah.

7. Membaca pada rakaat keempat Surah Muluk.

8. Setelah solat, bacalah doa ini:

Read more...

Teknik Menghafal Al-Qur'an

Sebelum menghafal

1.Mempunyai azam dan minat untuk menghafal
2.Memilih waktu yang sesuai untuk menghafal.
3.Memilih tempat yang sesuai untuk menghafal.
4.Berada dalam keadaan tenang.
5.Kosongkan fikiran sebelum menghafal.
6.Pilih sebuah jenis mashaf dan jangan ubah dengan jenis mashaf lain.
7.Beristighfar, membaca selawat dan doa sebelum mula menghafal.
8.Membaca ayat 164 surah al-Baqarah sebelum mula menghafal.

Teknik Menghafal

A. Teknik "Chunking"

1.Memisah-misahkan sepotong ayat yang panjang kepada beberapa bahagian yang sesuai mengikut arahan guru.
2.Memisah-misahkan selembar mukasurat kepada beberapa bahagian (2 atau 3 bahagian) yang sesuai.
3.Memisah-misahkan surah kepada beberapa bahagian, contohnya mengikut pertukaran cerita.
4.Memisah-misahkan juz kepada beberapa bahagian mengikut surah, hizib, rubu', cerita dan sebagainya.
5.Memisah-misahkan al-Qur'an kepada kelompok surah, setiap 10 juz dan sebagainya.

B. Teknik Mengulang

1.Membaca sepotong atau sebahagian ayat sekurang-kurangnya lima kali sebelum mula menghafalnya.
2.Membaca ayat yang telah dihafal berulang-ulang kali (10 atau lebih) sebelum berpindah ke ayat seterusnya.
3.Selepas menghafal setiap setengah mukasurat, harus diulang beberapa kali sebelum diteruskan bahagian yang kedua.
4.Selepas menghafal satu mukasurat diulang beberapa kali sebelum diteruskan ke muka surat seterusnya.
5.Sebelum menghafal bahagian al-Qur'an seterusnya, harus diulang bahagian yang sebelumnya.

C. Teknik Tumpu dan Ingat

1.Menumpukan penglihatan kepada ayat, mukasurat dan lebaran.
2.Pejamkan mata dan cuba melihatnya dengan minda.
3.Sekiranya masih lagi kabur, buka mati dan tumpukan kembali kepada mashaf.
4.Ulanglah sehingga dapat melihat ayat atau mukasurat tersebut dengan mata tertutup.

D. Teknik Menghafal Dengan Seorang Teman

1.Pilih seorang teman yang sama minat.
2.Orang yang pertama membaca dengan disemak oleh orang yang kedua.
3.Orang yang kedua membaca dengan disemak oleh orang yang pertama.
4.Saling menebuk ayat antara satu sama lain.

E. Teknik Mendengar Kaset

1.Pilih seorang qari' yang baik bagi seluruh al-Qur'an atau beberapa qari' bagi surah-surah tertentu.
2.Sebelum mula menghafal, dengar bacaan ayat-ayat yang ingin dihafal beberapa kali.
Amati cara, lagu dan tempat berhenti bacaan qari' tersebut sehingga terpahat di fikiran.
3.Mula menghafal ayat-ayat tersebut dengan cara dan gaya qari' tersebut.
4.Sentiasa mendengar kaset bacaan al-Qur'an dan kurangkan atau tinggalkan pendengaran lagu kerana ia akan mengganggu penghafalan.

F. Teknik Merakamkan Suara

1.Rakamkan bacaan kita di dalam kaset dan dengar semula untuk memastikan bacaan dan hafalan yang betul.
2.Bagi kanak-kanak, rakamkan bacaan ibu-bapa atau guru kemudian diikuti oleh bacaan kanak-kanak tersebut. Minta kanak-kanak tersebut mendengar kembali rakaman tersebut beberapa kali hingga menghafalnya.

G. Teknik Menulis

1.Tulis kembali muka surat yang telah dihafal.
2.Kemudian semak semula dengan mashaf.
3.Menulis setiap ayat pertama awal mukasurat, atau setiap rubu', atau setiap juz, atau setiap surah dalam satu helai kertas.

H. Teknik "Pointers" dan "Keyword"

1.Buat beberapa kotak.
2.Setiap kotak merupakan satu mukasurat.
3.Catit dalam kotak tersebut beberapa perkataan yang menjadi keyword bagi mukasurat tersebut.
4.Merenung dan membayangkan kotak tersebut dalam ingatan.

I. Teknik Menghafal Sebelum Tidur

1.Membaca atau menghafal beberapa potong ayat sebelum tidur.
2.Semasa melelapkan mata, dengar kaset bacaan ayat-ayat tersebut dan bayangkan posisi-nya di minda kita.
3.Dengar kembali dari awal surah, juz atau hizib, atau mana-mana yang sesuai sehingga ayat yang telah dihafal. Cuba bayangkan ayat-ayat yang didengar dari kaset di minda kita.

J. Teknik "Mindmaping"

1.Bagi setiap Juz, buat 8 cabang, setiap cabang satu rubu'. Tulis ayat pertama rubu' tersebut dicabangnya.
2.Bagi setiap surah, buat cabang bagi setiap pertukaran cerita atau rubu'.
3.Bagi setiap 10 juz, buat cabang bagi setiap juz, dan cabang yang lebih kecil bagi rubu'

Mengekalkan Hafalan

1.Jauhi maksiat mata, maksiat telinga dan maksiat hati.
2.Banyak berdoa, terutama waktu mustajab doa seperti ketika berbuka puasa, ketika belayar (bermusafir), selepas azan dan lain-lain lagi.
3.Kerjakan solat hajat kepada Allah.
4.Kerjakan solat Taqwiyatul hifz.
5.Menetapkan kadar bacaan setiap hari, contohnya, selembar, setengah juz, 1 juz dan sebagainya.
6.Membaca pada waktu pagi dan mengulangnya pada waktu malam.
7.Jangan membaca ketika sedang bosan, marah atau ngantuk.
8.Menulis setiap ayat yang mutashabih

Read more...

Muqoddimah Bicara


بدأت ببسم الله في النظم أوّﻻ

Puji-pujian kepadaNya yang telah memberikan kita nikmat yang banyak dan pelbagai. Solawat dititipkan buat ar-RasulNya Muhammad bin Abdullah yang telah banyak berjuang dan berkorban menyampaikan risalahNya. Seterusnya buat Tabi' dan Tabi'ittabiin yang menjadi penerus risalah tauhid yang akhirnya dapat kita sama-sama mengecapi nikmat Islam dan Iman ini.

Di kesempatan ini, kami sedang berusaha membangunkan satu komunikasi maya bagi menghubung kembali ukhuwwwah yang telah semakin menjauh dek hal-hal masing-masing dan kekadang kita punyai sekatan untuk meneruskan kembali ikatan itu lantaran hilangnya sudah medium perantaraan seumpama nombor telefon dan sebagainya. Sayugia, ukhuwwah ini terlalu mahal dan tidak dapat diberi nilai oleh kita sebagai insan biasa apatah lagi sang pencipta yang menginginkan kita senantiasa bersilaturrahmi sesama kita sebagai firmanNya dalam surah al-Hujuraat ayat 10 yang berbunyi :

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Begitulah hakikatnya, kita adalah salah seorang anggota keluarga dari adik-beradik yang ramai. Justeru, marilah kita sama-sama menggunakan medium yang terbina ini untuk kita kembali berukhuwwah hingga sampai ke sana.. Perlu diketahui, alam maya ini adalah sebagai wasilah atau wadah yang kita gunakan untuk kita realisasikannya atau "tatbiq/tanfiz" di dunia nyata. Secara mudah, ianya sebagai langkah pemula untuk kita menelusuri kembali makna ukhuwwah yang hakiki.

Kami amat mengalu-alukan apa-jua bahan, pengisian, juga berita tentang ahli-ahli alumni ini. Untuk tujuan itu, maka bolehlah dimajukan bahan-bahan tersebut kepada email berikut dengan digantikan (at) dengan meletakkan @ :

Admin: alumni.instituttahfizsaba(at)gmail.com
Nizam: ashabul_mujahiddin(at)yahoo.com.my
Shahmi: alfarobi0161(at)yahoo.com

Sekian dahulu :-)

Read more...

  © Blogger templates Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP